ASUHAN
KEPERAWATAN
TAMPONADI
JANTUNG
A. KONSEP
MEDIS
1. DEFENISI
·
Tamponade
jantung merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di
rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai
gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)
·
Tamponade
adalah perembesan darah dari jantung ke dalam ruang pericardial sehingga
menimbulkan kompresi yang proggresif pada jantung dan obstruksi pada vena-vena
besar. (Mansjoer, dkk. 2000: 298).
·
Tamponade
jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan
tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di pericardium dalam jumlah yang
cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001: 458)
2. ETIOLOGI
·
Tamponade
jantung bisa disebabkan karena neoplasma, perikarditis, uremia dan perdarahan
ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi (Mansjoer, dkk.
2001 : 458).
·
Penyebab
tersering adalah neoplasma, idiopatik dan uremia. Perdarahan intraperikard juga
dapat terjadi akibat katerisasi jantung intervensi koroner, pemasangan pacu
jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan
3. PATOFISISOLOGI
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium
menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung ( gangguan diastolik
ventrikel ). Penyebab tersering adalah neoplasma, dan uremi. (Penggabean, 2006
: 364). Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara abnormal pada
otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak terkontrol, yang
menyebabakan pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatnya ruang
pada kantong jantung (perikardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan antara
kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium).
Pergesekan ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis
sehingga terjadi penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebakan
tamponade jantung. Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung (Price, 2005
: 954). Dimana orang yang mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat toksik
metabolik yang dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi
pada perikardium).
4. MANIFESTASI KLINIK
·
meliputi
takikardia, hipotensi, suara jantung yang redup atau pelan, dan distensi vena
leher (yang menunjukkan peningkatan tekanan vena jugularis).
·
Palsus
paroduksus merupakan gambaran lain yang menandai perubahan yang tidak terduga
tekanan vena. Penurunan tekanan sistolik yang semakin mencolok akan terjadi
pada saat inspirasi
·
Suara
jantung akan terdengar redup karena adanya cairan yang membungkus jantung
sehingga menurunkan hantaran tonus jantung
·
Tamponade
jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan tekanan vena jugularis,
pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik
<100mmHg, dan bunyi jantung yang melemah. Sedangkan pada yang kronis
ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus.
5. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
v Foto thorax menunjukkan pembesaran
jantung
v EKG menunjukkan electrical alternas
atau amplitude gelombang P dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang
berikutnya
v Echocardiografi adanya efusi pleura.
(Mansjoer, A., dkk. 2000: 298).
v Menurut Braunwald (2001 : 167) hasil
pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan :
1. Kolaps diastole pada atrium kanan
2. Kolaps diastole pada ventrikel kanan
3. Kolaps pada atrium kiri
4. Peningkatan pemasukan abnormal pada
aliran katup trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari aliran katup
mitral > 15 %
5. Peningkatan pemasukan abnormal pada
ventrikel kanan dengan penurunan pemasukan dari ventrikel kiri
6. Penurunan pemasukan dari katup
mitral .
7. Pseudo hipertropi dari ventrikel
kiri
6.PENATALAKSANAAN
DAN PENGOBATAN
Pada
keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum berongga ukuran 16
sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus xifoideus dan diarahkan ke apeks
jantung. Jarum tersebut kemudian dihubungkan dengan alat EKG 12 sadapan melalui
klem aligator untuk membantu menentukan apakah jarumnya mengenai jantung.
Defleksi yang tajam akan terlihat pada pola EKG. Perikardiosintesis dapat
disertai dengan denyut jantung false-positive yang signifikan karena klinisi
bisa saja mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel kanan sendiri.
Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah bahwa darah yang
bersal dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku. Yang paling baik,
perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk memperbaiki
fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa rumah sakit, lubang atau
jendela pada selaput perikardium dibuat secara darurat di UGD oleh dokter bedah
atau dokter spesialis kardiotoraks.
Perhatian ketat harus dicurahkan
untuk menghindari pemberian cairan berlebihan ke pasien. Sering sukar
membedakan antara temponade pericardium dan “tension pneumotoraks” tanpa
bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan
dokter di rumah sakit terhadap kemungkinan tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke dokter rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan ephineprin, dengan hanya menarik penuh semprit yang kosong. Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti suntikan intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya. Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelah memasuki kantong pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar). Identifikasi lokasi ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem “alligator”. Sewaktu jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong pericardium, EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai myocardium. Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke dokter rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan ephineprin, dengan hanya menarik penuh semprit yang kosong. Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti suntikan intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya. Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelah memasuki kantong pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar). Identifikasi lokasi ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem “alligator”. Sewaktu jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong pericardium, EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai myocardium. Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.
7.KOMPLIKASI
·
Gagal
jantung
·
Penimbunan
cairan diparu paru(edema paru)
·
Kematian
B.ASUHAN KEPERAWATAN
v Pengkajian
Data
Subyektif
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Cedera tumpul atau cedera tembus
pada dada, leher punggung atau perut.
b. Perbaikan pada lesi jantung.
c. Dispnea
d. Cemas
e. Nyeri dada
f. Lemah
2. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit jantung
b. Penyakit infeksi dan neoplastik.
c. Penyakit ginjal
Data Obyektif
1. Airway
Tidak
ditemukan adanya tanda dan gejala.
2. Breathing
Takipnea
Tanda
Kusmaul : peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas spontan
3. Circulation
takikardi,
peningkatan
volume vena intravaskular.
pulsus
paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik <100mmHg,
pericardial
friction rub,
pekak
jantung melebar,
Trias
classic beck berupa :
o distensis vena leher,
o bunyi jantung melemah / redup dan
o hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade.
o distensis vena leher,
o bunyi jantung melemah / redup dan
o hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade.
v DIAGNOSA
a. Pola nafas tidak efektif b.d
hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
b. Penurunan curah jantung b.d
perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena jugularis, perubahan
EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
c. Perfusi jaringan (cerebral, perifer,
cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun
ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat,
sianosis, akral dingin.
v INTERVENSI
Dx
1 : Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasiØ ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15
menit diharapkan
pola nafas efektif dengan
pola nafas efektif dengan
kriteria hasil :
• Takipnea tidak ada
• Tanda kusmaul tidak ada
• TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).
• Takipnea tidak ada
• Tanda kusmaul tidak ada
• TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).
No. Intervensi Rasional
Mandiri:
·
Pantau
ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan Perubahan pola nafas
dapat mempengaruhi tanda-tanda vital
·
Monitor
isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, nafas bibir dan
penggunaan otot bantu pernafasan Pengembangan dada dan penggunaan otot Bantu
pernapasan mengindikasikan gangguan pola nafas
·
Berikan
posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi Mempermudah ekspansi paru
·
Ajarkan
klien nafas dalam Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan
oksigen
Kolaborasi
·
Berikan
oksigen sesuai indikasi Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan
jaringan
·
Berikan obat sesuai indikasi Medikasi yang
tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan
Dx 2 : Penurunan curah jantung b.d
perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena jugularis, perubahan
EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
Tujuan : setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkancurah jantung ke seluruh tubuh
adekuat dengan
kriteria hasil :
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
• Nadi perifer teraba kuat
• Suara jantung normal.
• Sianosis dan pucat tidak ada.
• Kulit teraba hangat
• EKG normal
• Distensi vena jugularis tidak ada.
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
• Nadi perifer teraba kuat
• Suara jantung normal.
• Sianosis dan pucat tidak ada.
• Kulit teraba hangat
• EKG normal
• Distensi vena jugularis tidak ada.
Intervensi
Mandiri :
Mandiri :
·
Monitor
TTV berkelanjutan TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung).
·
Auskultasi
suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung. Perubahan suara, frekuensi dan
irama jantung dapat mengindikasikan adanya penurunan curah jantung.
·
Palpasi
nadi perifer dan periksa pengisian perifer. Curah jantung yang kurang
mempengaruhi kuat dan lemahnya nadi perifer.
·
Kaji
akral dan adanya sianosis atau pucat. Penurunan curah jantung menyebabkan
aliran ke perifer menurun.
·
Kaji adanya distensi vena jugularis Tamponade
jantung menghambat aliran balik vena sehingga terjadi distensi pada vena
jugularis.
Kolaborasi :
·
Berikan
oksigen sesuai indikasi Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia.
·
Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau
untuk akses emergency. Mencegah terjadinya kekurangan cairan.
·
Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan
doppler sesuai indikasi. Pada tamponade jantung, terjadi abnormalitas irama
jantung dan terdapat siluet pembesaran jantung.
·
Lakukan tindakan perikardiosintesis. Dengan
perikardiosintesis cairan dalam ruang pericardium dapat keluar.
Dx 3 :
Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
Tujuan
: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi
jaringan adekuat dengan
kriteria
hasil :
• Nadi teraba kuat
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
• Tingkat kesadaran composmentis
• Sianosis atau pucat tidak ada
• Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,
• Akral teraba hangat
• Nadi teraba kuat
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
• Tingkat kesadaran composmentis
• Sianosis atau pucat tidak ada
• Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,
• Akral teraba hangat
Intervensi
Mandiri
:
·
Awasi
tanda-tanda vital secara intensifPerubahan tanda-tanda vital seperti takikardi
akibat dari kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2.
·
Pantau
adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat,sianosis) Menunjukkan
adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
·
Pantau
GCS Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat
kesadaran
·
Anjurkan
untuk bed rest/ istirahat total Menurunkan kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta :
EGC.
Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart
Diseases. 2nd Ed. Philadelphia : Current Medicine.
Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman
Praktis. Jakarta : EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland.
Jakarta : EGC.
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA :
WB. Saunders Company.
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Edisi 11. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid pertama. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid pertama. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Mansjoer, A., dkk. 2000 . Kapita Selekta Kedokteran.Jilid
kedua. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar