Pengntar Gerontik
Abstrak
Lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Menurut UU No.4
tahun 1965: “Seorang dapat dinyatakan sebagai orang
jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.” ‘Menua’/menjadi tua=aging adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita
. Perawatan lanjut usia bertujuan mempertahankan kesehatan dan kemampuan lanjut usia dengan jalan perawatan peningkatan/promotif, pencegahan/preventif serta membantu mempertahankan dan membesarkan semangat hidup mereka, selanjutnya perawatan menolong dan merawat lanjut usia yang menderita penyakit dan gangguan tertentu (Depkes RI, 1982). Peran perawat, yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan dalam menghadapi peningkatan jumlah lansia yang terjadi dewasa ini beserta aspek-aspek yang menyertainya, karena di abad ke-21 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan meningkat dengan cepat dan mereka juga secara potensial dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi kelompok penduduk lainnya. Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat (Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup, perlu diwaspadai kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat dan pada manusia lansia (manula; usia diatas 65 tahun) sering dijumpai berbagai gangguan, diantaranya: gangguan daya ingat(memori), gangguan kecerdasan (kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Fungsi keperawatan pada bentuk keperawatan akut, keperawatan waktu lama, dan keperawatan di masyarakat adalah berbeda, tergantung menurut keperluannya (Hardywinoto & Setiabudhi). Pelayanan kesehatan pada lanjut usia berbeda dengan pelayanan kesehatan pada golongan populasi lain, karena pada lanjut usia penyakit yang diderita berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain. Untuk itu diperlukan suatu proses keperawatan, yang dalam hal ini perlu dilaksanakan karena alasan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan.
. Perawatan lanjut usia bertujuan mempertahankan kesehatan dan kemampuan lanjut usia dengan jalan perawatan peningkatan/promotif, pencegahan/preventif serta membantu mempertahankan dan membesarkan semangat hidup mereka, selanjutnya perawatan menolong dan merawat lanjut usia yang menderita penyakit dan gangguan tertentu (Depkes RI, 1982). Peran perawat, yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan dalam menghadapi peningkatan jumlah lansia yang terjadi dewasa ini beserta aspek-aspek yang menyertainya, karena di abad ke-21 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan meningkat dengan cepat dan mereka juga secara potensial dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi kelompok penduduk lainnya. Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat (Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup, perlu diwaspadai kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat dan pada manusia lansia (manula; usia diatas 65 tahun) sering dijumpai berbagai gangguan, diantaranya: gangguan daya ingat(memori), gangguan kecerdasan (kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Fungsi keperawatan pada bentuk keperawatan akut, keperawatan waktu lama, dan keperawatan di masyarakat adalah berbeda, tergantung menurut keperluannya (Hardywinoto & Setiabudhi). Pelayanan kesehatan pada lanjut usia berbeda dengan pelayanan kesehatan pada golongan populasi lain, karena pada lanjut usia penyakit yang diderita berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain. Untuk itu diperlukan suatu proses keperawatan, yang dalam hal ini perlu dilaksanakan karena alasan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan.
Bertambahnya jumlah penduduk berusia lanjut akan menimbulkan berbagai
masalah meliputi masalah medis teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi.
Kebutuhan pelayanan kesehatan pada usia lanjut daripada usia lain. Selain
terjadinya perubahan pola penyakit ke pola penyakit degeneratif, proses
penyembuhannya sendiri memerlukan waktu lebih lama.
Penanganan penyakit pada usia lanjut bersifat khusus,
hal itu karena penyakit pada usia lanjut biasanya tidak berdiri sendiri
(multipatologi), fungsi organ tubuh sudah menurun, rentan terhadap penyakit
atau stress, lebih sering memerlukan rehabilitasi yang tepat. Oleh karena itu,
kelompok usia lanjut memerlukan perhatian dan upaya khusus di bidang kesehatan.
Permasalahan yang dialami para lansia adalah mereka
mengalami banyak gangguan kesehatan sehubungan dengan bertambahnya usia. Karena
bila berbicara tentang menjadi tua, maka kemunduranlah yang akan paling banyak
dikemukakan. Tetapi disamping itu, ada
sesuatu yang dapat dikatakan justru meningkat dalam proses menua, yaitu
sensitivitas emosional seseorang, yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah
pada masa menua (Nugroho, 1992). Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
kesehatan Lanjut Usia adalah upaya perawatan.
Tetapi sampai sejauh ini belum terlihat peran perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan dalam mengahadapi peningkatan jumlah lansia dengan segala
permasalahannya.
Kesehatan lansia meliputi kesehatan badan, rohani dan
sosial lansia dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Untuk itu diperlukan adanya suatu proses keperawatan, yang merupakan
penerapan metode pemecahan masalah ilmiah kepada masalah-masalah
kesehatan/keperawatan pasien, merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan
secara sistematis serta menilai hasilnya (Depkes RI, 1994).
Apabila peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan sudah dapat
dilaksanakan dengan baik, maka ia dapat dikatakan telah menjalankan sebagian
dari peran dan fungsinya sebagai perawat profesional . Sebagai pelaksana asuhan keperawatan pada
klien lansia, perawat perlu menguasai gerontologi (ilmu yang mempelajari
masalah lanjut usia) dengan baik (Nugroho, 1992).
Peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan terhadap lanjut usia
adalah sangat penting mengingat tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus berada di sisi pasien
adalah tenaga keperawatan (Depkes RI, 1994). Namun dengan adanya keterbatasan sumber daya
perawat dalam hal pengetahuan (intelectual)
dan keterampilan (skill) dalam
memberikan pelayanan kepada lanjut usia, menjadi penyebab utama bagi perawat
dalam melaksanakan perannya dengan baik dan secara profesional. Untuk itu
perawat harus terus belajar guna menambah
pengetahuannya akan ilmu di bidang kesehatan, khususnya dibidang
keperawatan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada lanjut usia sekaligus untuk menyongsong persaingan di era
globalisasi dalam upaya menunjukkan perannya sebagai perawat profesional. Dalam
melaksanakan perannya sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat bertindak
sebagai comforter, protector dan advocat, communicator serta rehabilitator, dalam hal ini khususnya
kepada para lanjut usia dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah
yang disebut proses keperawatan, yang
bukan hanya sebagai teori yang hanya perlu dipelajari dan dimengerti,
namun juga harus dipraktekkan dalam bentuk pelaksanaan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan para lanjut usia.
TEORI-TEORI TENTANG PROSES PENUAAN
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan
sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik
terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling
terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap
orang. Dalam sepanjang kehidupannya,
seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk
memperbaiki atau mempertahankan dirinya.
Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat
organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengerusakan dan
Perbaikan”.
a.
Batasan-batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para
ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi
sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses penuaan berdasarkan
teori psikologis ditekankan pada perkembangan. World Health Organization (WHO)
mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90
tahun)
4. Very old (> 91 tahun)
Menurut Birren dan Renner dalam Johanna E.P (1991; 75) usia biologis dapat diberi batasan sebagai suatu
estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan potensi jangka hidupnya.
Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna, EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia biologis adalah proses
genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari stres, trauma dan
penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila secara kronologis
tua, tetapi organ-organ tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran
pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda.
Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan,
belajar, intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal
ini masih baik dan stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.
Usia sosial menekankan peran dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain dan menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab di
mayarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan :
1. Herediter
2. Nutrisi
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
b.
Proses penuaan
1.
Pengertian
Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan
dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di
sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi
“ketidakmampuan” dan bahkan kematian (Cox, 1984).
2. Teori-teori Proses Penuaan
a. Teori Biologi
1) Perubahan biologi yang
berasal dari dalam (intrinsik)/ Teori Genetika
a) Teori jam biologi
(Biological clock theory). Proses menua dipengaruhi oleh faktor-faktor
keturunan dari dalam. Umur seseorang seolah-olah distel seperti jam.
b) Teori menua yang terprogram
(program aging theory), sel tubuh manusia hanya dapat membagi diri sebanyak 50 kali.
c) Teori Mutasi (somatic
mutatie theory), setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
d) The Error Theory, “Pemakaian
dan rusak” kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai).
2) Perubahan biologik yang
berasalah dari luar/ekstrinsik (Teori Non Genetika).
a) Teori radikal bebas,
meningkatnya bahan-bahan radikal bebas sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan
perubahan pada kromosom pigmen dan jaringan kolagen.
b) Teori imunlogi, perubahan
jaringan getah bening akan mengakibatkan ketidakseimbangan sel T dan terjadi
penurunan fungsi sel-sel kekebalan tubuh, akibatnya usia lanjut mudah terkena
infeksi.
b. Teori Psikologik
1) Maslow Hierarchy Human Needs
Theory.
Teori Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal (kebutuhan biologik, keamanan
dan kenyamanan , kasih sayang, harga diri,
dan aktualisasi diri.
2) Jung’s Theory of invidualism
Teori individualism yang dikemukakan Carl Jung (1960)
mengungkapkan perkembangan personality dari anak-anak, remaja, dewasa
muda, dewasa pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik dari
internal maupun eksternal.
3) Course of Human Life Theory
Chorlotte Buhler juga merupakan penganut teori psikologik dengungkapkan
bawa teori perkembangan dasar manusia yang difokuskan pada identifikasi
pencapaian tujuan hidup seseorang dalam melalui fase-fase perkembangan.
4) Eight Stages of Life Theory
Teori “Eight Stages of Life” yang dikemukakan Erikson (1950) adalah suatu teori
perkembangan psikososial yang terbagi atas 8 tahap, yang mempunyai tugas dan peran yang perlu
diselesaikan dengan baik :
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
Tahap VIII
|
Masa bayi à timbul kepercayaan dasar
(basic trust)
Tahap penguasaan diri
(autonomi)
Tahap inisiatip
Timbulnya kemauan untuk
berkarya (Industriousness)
Mencari identitas diri
(Identy)
Timbulnya keintiman
(Intimacy)
Mencapai kedewasaan
(generativity)
Memasuki usia lanjut akan
mencapai kematangan kepribadian (ego Integrity), dia merupakan orang yang
memiliki integritas dalam kepribadian sehingga mampu berbuat untuk
kepentingan umum. Kegagalan pada tahap ini akan menyebabkan cepat putus asa.
|
Demikian juga dengan teori
“Developmental Task” yang dikemukakan Havighurst (1972) bahwa masing-masing individu melalui
tahap-tahap perkembangan secara spesifik dan terjadi variasi/perbedaan antara
individu satu dengan lainnya.
Tahap
perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan merasakan kebahagiaan
dan kesuksesan dalam hidup.
Peran Perawat pada klien lansia
sesuai Proses Penuaan.
Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan
tugas yang membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga
diperlukan suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang
dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep
dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat
penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.
Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk
merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
1)
Peran Perawat dalam menghadapi
Perubahan Biologik (Fisik).
Perawatan
dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif,
kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan
fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya
masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa
dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk
melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar
perawatan bagi pasien lansia.
Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam
usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian.
Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar. Untuk para lansia yang
masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat
tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah
dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara
rutin akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan
yang ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.
2)
Peran Perawat dalam
menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah
satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila.
Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan
karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan
semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para
lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang
lain.
3)
Peran Perawat dalam
menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan
orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu
yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat
disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat
yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator
atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus
asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu
dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan
psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja
terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari
dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan
bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan
rasa puas dan bahagia.
Penutup
Sejalan dengan program peningkatan Sumber Daya Manusia seluruh masyarakat
Indonesia,
maka peran perawat yang diintervensikan terhadap para lansia meliputi konsep
pembinaan kesehatan terpadu, terarah, kontinu dan memiliki jangkauan yang
seluas-luasnya. Hal ini sejalan dengan proses penuaan yang terjadi pada lansia
baik secara proses biologik, sosiologik maupun psikologik yang memerlukan suatu
pendekatan yang komprehensif dan memandang lansia secara holistik.
Peran perawat dalam konsep pembinaan ini meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, adapun upaya pelayanan disesuaikan dengan
keadaan lansia dengan penekanan pada upaya pelayanan promotif dan preventif.
Kegiatan promotif dan preventif lebih dititik beratkan pada penyuluhan
kesehatan, pencegahan cedera, peningkatan kesadaran hidup sehat dengan terapan
tercapainya pola dan perilaku yang selalu mengarah pada hidup sehat dan
sejahtera.
Daftra Pustaka
Annette G. Lueckenotte, 1996. Gerontologic Nursing,
Saint Louis
Mosby Year Book. Inc.
Barbara C. Long, 1989. Perawatan Medical
Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Saint Louis. Mosby Year Book. Inc.
Darmojo, Boedhi dan Martono
Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta:
FKUI.
Depkes RI. 1994.
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta:
PPNI.
Effendy
Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.
Jakar-ta: EGC
Hardywinoto dan Setiabudhi,
Tony. 1999.
Panduan Gerontologi; Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Hudak and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis,
Philadelphia Lippincott Company.
Lueckenotte, 1998. Pengkajian
Gerontologi. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Wahjudi Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar