Konsep dasar
Pengertian
Istirahat dan
tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus dipenuhi oleh semua orang.
Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara
optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap
individu. Secara umum,istirahat
berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan emosional,dan bebas dari
perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas
sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai
suatu bentuk istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran
ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang
bervariasi,perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap
stimulus eksternal. Hamper sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur.
Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Fisiologi
tidur
Aktivitas tidur diatur dan
dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR).
RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus
visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada
saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2003).
Ritme
sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki
bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia,bioritme ini dikontrol oleh
tubuh dan disesuaikan dengan factor lingkungan (mis; cahaya, kegelapan, gravitasi
dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut
jantung,tekanan darah,temperature,sekresi hormone,metabolism dan penampilan
serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah
satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi
jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya:
individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif
dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah
(Lilis,Taylor,Lemone,1989).
Tahapan tidur
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram
(EOG), dan elektrokiogram (EMG),
diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid
eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
1. Tidur NREM.
tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek
karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur
NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua
proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot
melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan
tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep
sleep atau delta sleep).
2. Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar
mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan
metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit untuk
dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot
terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung dan pernapasan
sering kali tidak teratur.
Siklus tidur
Selama tidur , individu melewati
tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung
selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus
selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke
tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke
tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan
II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10
menit.
Faktor yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas tidur
Banyak factor yang mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya adalah penyakit,
lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress emosional,stimulan dan alcohol,diet,
merokok,dan motivasi.
1. Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan
nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang
sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping
itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan. faktor lingkungan dapat
membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau
adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh,
temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi
terpengaruh dengan kondisi trsebut.
3. Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah
dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang,semakin pendek
siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan
kembali memanjang.
4. Gaya hidup. Individu yang sering
berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang
tepat.
5. Stress emosional. Ansietas dan depresi
sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan
kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini
menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan alcohol. Kafein yang
terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat
mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang berlebihan dapat
mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah hilang, individu
sering kali mengalami mimpi buruk.
7. Diet. Penurunan berat badan dikaitkan
dengan penurunan waktu tidur dan seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya,
penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya
periode terjaga di malam hari.
8. Merokok. Nikotin yang terkandung dalam
rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali
kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
9. Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. hipnotik dapat mengganggu tahap III dan
IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga
terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan
atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
Gangguan tidur
yang umum terjadi
1.
Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena factor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
1. Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai
tidur.
2. Insomnia intermiten. Kesulitan untuk
tetap tertidur karena seringnya terjaga.
3. Insomnia terminal. Bangun terlalu dini
dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa
langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lin dengan
mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2.
Parasomnia
Parasomnia
adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.
Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara
lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night
terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang
terkait dengan tidur REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
3.
Hipersomnia
Hipersomnia
adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada
siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti
kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi
adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan
tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah
dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau
dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Abnea saat
tidur atau sleep abnea adalah kondisi
terhentinya nafas secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi
pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas,
atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
Asuhan
Keperawatan Klien dengan Masalah Aktifitas
Pengkajian
pengkajian
terkait aktifitas klien meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
tentang kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan dan pergerakan sendi,
kemampuan dan keterbtasan gerak, kekuatan dan massa otot, toleransi aktifitas,
masalah terkait mobolitas, serta kebugaran fisik.
Riwayat keperawatan
Pengkajian
riwayat keperawatan meliputi riwayat aktifitas olahraga yang mencakup tingkat
aktifitas, toleransi aktifitas, jenis dan frekuensi olahraga, factor yang
memengaruhi mobolitas serta pengaruh imobilitas.
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
fisik berfokus pada aktifitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh,
cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan,
kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktifitas.
1. Kesejajaran tubuh. Tujuan pemeriksaan
kesejajaran tubuh adalah untuk mengidentifikasi perubahan postur akibat
pertumbuhan dan perkembangan normal; hal-hal yang perlu dipelajari untuk
mempertahankan postur tubuh yang baik; factor yang menyebabkan postur tubuh
yang buruk (mis; kelelahan dan harga diri rendah), serta kelemahan otot dan
kerusakan motorik lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien
dari sisi lateral, anterior, posterior guna mengamati apakah.
-
Bahu dan pinggul sejajar.
-
Jari-jari kaki menghadap kedepan.
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi
yang lain.
2. Cara berjalan. Pengkajian cara berjalan
dilakukan untuk mengidentifikasi mobolitas klien dan resiko cedera akibat
jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh ±10 kaki di dalam
ruangan, kemudin amati hal-hal berikut:
-
kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang
belakang lurus.
-
Tumit menyentuh tanah lebih dulu daripada jari
kaki.
-
Kaki dorsofleksi pada fase ayunan.
-
Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan
kaki disisi yang berlawanan.
-
Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan
berirama; ayunan tubuh dari sisi kesisi minimal dan tubuh bergerak lurus
kedepan; dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
Selain itu
perawat perlu mengkaji kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit).
3. Penampilan dan pergerakan sendi. Pemeriksaan
ini meliputi inspeksi, palfasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau
rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji antara lain:
-
Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi.
-
Adanya depormitas.
-
Perkembangan otot yang terkait dengan
masing-masing sendi.
-
Adanya nyeri tekan.
-
Peningkatan temperature di sekitar sendi.
-
Derajat gerak sendi.
4. Kemampuan dan keterbatasan gerak. Pengkajian
ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal
yang perlu dikaji antara lain:
-
Bagaimana penyakit klien memengaruhi kemampuan
klien untuk bergerak.
-
Adanya hambatan dalam bergerak (mis; terpasang
selang infuse atau gips yang berat).
-
Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk
mengikuti petunjuk.
-
Keseimbangan dan koordinasi klien.
-
Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah
temapt.
-
Derajat kenyamanan klien.
-
Penglihatan.
5. Kekuatan dan massa otot. Sebelum
membantu klien mengubah posisi atau berpindah tempat , perawat harus mengkaji
kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini diambil untuk
menurunkan resiko tegang otot dan cedera tubuh, baik pada klien maupun perawat.
6. Toleransi aktivitas. Penkajian ini
bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang mengalaimi (a)
disabilitas kardiovaskular dan respiratorik, (b) imobilisasi komplit dalam
waktu yang lama, (c) penurunan massa otot atau gangguan musculoskeletal, (d)
tidur yang tidak mencukupi, (e) nyeri, atau (f) depresi, cemas atau tidak
termotifasi. Alat ukur yang paling bermanfaat untuk memperkirakan toleransi
klien terhadap aktifitas adalah frekuensi, kekuatan, dan irama denyut jantung;
frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan; serta tekanan darah.
7. Masalah
terkait mobilitas. Pengkajian ini dilakukan melalui metode inspeksi,
palpasi, auskultasi; pemeriksaan hasil tes laboratorium; serta pengukuran berat
badan, asupan cairan, dan haluaran cairan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
segera setelah klien mengalami imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut
kemudian menjadi standar (data dasar) yang akan dibandingkan dengan data selama
periode imobilisasi.
Asuhan keperawatan klien dengan masalah tidur
Pengkajian
Pengkajian
tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan
fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Riwayat tidur
Penkajian
riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki faislitas
perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal
yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi:
-
Pola tidur yang biasa.
-
Ritual sebelum tidur.
-
Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya.
-
Lingkungan tidur.
-
Perubahan terkini pada pola tidur.
Selain itu,
riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui pada pola tidur,
penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul, frekuensinya, pengaruh
terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping dengan masalah
tersebut.
Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah
bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah tidur sebab catatan ini
berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat
mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut:
-
Jumlah jam tidur total per hari.
-
Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur
(jenis, durasi, dan waktu).
-
Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat
tidur).
-
Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c)
tertidur, (d) terjaga di malam hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur di
pagi hari.
-
Adanya masalah yang klien yakini dapat
memengaruhi tidurnya.
-
Factor yang klien yakini member pengaruh positif
atau negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat
mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik yang berguna untuk
mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik meliputi
observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang
menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar
mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi
perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat,
menguap, dll. Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat
terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.
Pemeriksaan
diagnostic
Tidur dapat diukur secaran
objektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat
merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram
(EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama
tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan
penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.
Penetapan
diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis
keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur.eitologi untuk label
diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu.hal
ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur
yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur. Selain
sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk
diagnosis yang lain, seperti Risiko
Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.
Perencanaan dan inplementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan
untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk mempertahankan (atau membentuk)
pola tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas
sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan
perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya.
Gangguan pola tidur.
Yang
berhubungan dengan:
-
Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat
(gangguan transport oksigen, gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
-
Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat
medikasi (mis; sedatif, hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
-
Depresi.
-
Nyeri.
-
Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
-
Perubahan lingkungan.
-
Perubahan ritme sirkadian
-
Takut.
Kriteri
hasil
-
Individu akan melaporkan keseimbangan yang
optimal antara istirahat dan aktivitas.
Indikator
-
Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat
tidur.
-
Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
Intervensi
umum
-
Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan
tidur (nyeri, takut, stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan
yang asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat).
-
Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan
gangguan tidur.
Bising
ØTutup pintu kamar.
Ø
Cabut kabel telepon.
Ø
Nyalakan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis; kipas
angin, music yang tenang, suara hujan, angin).
Ø
Pasang lampu tidur.
Ø
Turunkan volume alarm dan TV.
Gangguan
Ø
Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode
tidur.
Ø
Batasi pengunjung selama periode istirahat yang
optimal (mis; setelah makan).
Ø
Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu
tidur, minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih
sebelum tidur.
-
Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai
indikasi.
Ø
Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari
bersama klien (jalan kaki, terapi fisik).
Ø
Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
Ø
Anjurkan klien untuk pagi hari
Ø
Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan
klien rangsang ia untuk tetap terjaga.
-
Bantu upaya tidur
Ø
Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien,
keluarga atau orang tua-jam, praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan
patuhi semaksimal mungkin
Ø
Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari
(mis; hygiene personal, linen dan baju tidur yang bersih).
Ø
Gunakan alat bantu tidur (mis; air hangat untuk
mandi, bahan bacaan, pijatan di punggung,susu, music yang lembut, dll).
Ø
Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama
sedikitnya 4 atau 5 periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
Ø
Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap
sif
-
Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
Ø
Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk
bangun, tidur, dan istirahat (hari biasa, akhir pekan).
Ø
Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur
anda tidak nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
Ø
Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang
terkait dengan tidur.
Ø
Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur
kembali, beranjaklah dari tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30
menit.
Ø
Hindari makanan dan minuman yang mengandung
kafein (coklat, the, kopi) saat siang dan petang hari.
Ø
Hindari minuman yang beralkohol.
Ø
Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya
L-triptofan (mis; susu, kacang) menjelang tidur.
-
Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur
(jalan kaki,lari, senam aerobic dan latihan) fisik selama sedikitnya satu
setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan
stress dan memudahkan tidur.
-
Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh
digunakan untuk waktu yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan
mengganggu fungsi pada siang hari.
-
Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien
mengenai penyebab gangguan tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin
dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan penyebab tersebut.
Rasional
-
Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi.
Lingkungan rumah sakit yang asing dapat menghambat relaksasi.
-
Agar merasa segar, individu biasanya harus
menyelesaikan keseluruhan siklus tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali
semalam (Cohen & Meritt, 1992; Thelan et al, 1998).
-
Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik
mulai berkurang setelah satu minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian
dosis yang tinggi dan berisiko
menyebabkan ketergantungan.
-
Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan
dapat meningkatkan relaksasi dan membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
-
Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur (hammer, 1991).
-
Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang
dapat memperpanjang masa laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari
(Miller, 1999).
-
Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan
tidur REM dan meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999).
-
Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak
tidur REM dibandingkan tidur pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90
menit mengurangi stimulus untuk
siklus tidur yang lebih panjang, yang di
dalamnya terdapat tidur REM (Thelan et al, 1998).
-
Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang menjalani perawatan
kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik, prosedur
keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
-
Kebisingan lingkungan yang tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi dapt ditutupi dengan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis;
kipas angin, music yang lembut, suara rekaman {hujan, ombak pantai}) (Miller,
1999).
-
Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu
irama sirkardian normal; kemungkinan menyebabkan sulit tidur.
thanks makalahx sangat mendukung
BalasHapus