Konsep Nyeri
A.
DEFINISI
Nyeri merupakan Perasaan tidak
nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu
tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas
seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda
dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan
fisiologikal.
B.
PENYEBAB
NYERI
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung
saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan
lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf
reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot
dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Misalnya : abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan
kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
C.
KLASIFIKASI
NYERI
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan), nyeri
yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain, Terjadi karena
perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain, Nyeri dirasakan
tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain. Phantom Pain merupakan
perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi.
Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan
dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa
nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan
pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam
waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya menetap 10 – 15 menit, lalu
menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang
resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian
analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang
dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan. Terdapat
beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The
National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan
nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi
3 (tiga) tipe dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan. Nyeri
akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik
Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang
menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut
Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan
terhadap dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung
singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut baisanya
menunjukkan gejala-gejala antara lain : perspirasi meningkat, Denyut jantung
dan Tekanan darah meningkat, dan pallor
b. Nyeri Kronis
c. Nyeri kronis berkembang lebih lambat
dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan
nyeri mulai dirasakan.
D.
PENGKAJIAN
NYERI
Dikarenakan nyeri merupakan
pengalaman interpersonal, perawat harus menanyakannya secara langsung kepada
klien
Karakteristik
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2
dimensi :
1. Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial
2. Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan
oleh klien; sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih
dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang
berhubungan dengan lokasi :
·
Nyeri
terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
·
Nyeri
Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
·
Nyeri
Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir
·
Reffered
Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang
nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi
nyeri :
·
Distraksi
atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
·
Status
kesadaran klien
·
Harapan
klien.
Nyeri dapat berupa : ringan, sedang,
berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan
adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
c. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat
kapan nyeri mulai timbul; berapa lama; bagaimana timbulnya dan juga interval
tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan
kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri
kepala mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan
“seperti teriris pisau”.
e. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang
dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah dan lain-lain.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang
akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba,
stressor fisik dan emosi.
g. Alat Pengukur Nyeri
E.
Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention :
Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention
F.
Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara
lain :
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
G.
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif
untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa. keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas
yang berhubungan dengan nyeri atau stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan
nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan
tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi
nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan
depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi
berikut :
1. Klien menarik nafas dalam dan
menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan
udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal
dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali
dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks.
Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang
terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan
fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien
dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat
bernafas secara dangkal dan cepat.
H.
Stimulasi
Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi
kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgesics ointments
c. Counteriritan, seperti plester
hangat.
d. Contralateral Stimulation, yaitu
massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.
I.
Farmakologik
Agent
1. Analgesics
Obat
golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan
mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan
lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan
setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk
diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam (q 4h) setelah
pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat
opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam
Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon
(Phenylbutazone).
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.
2. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari
tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien
dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya
(McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik
(seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat
menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin
dari dokter.
J.
Medical
Interventions
1. Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback
Tidak ada komentar:
Posting Komentar